Mengenal Lebih Dekat Salah Satu Budaya Jawa Barat, Wayang Golek

ondepedia.org – Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas berbagai suku bangsa dan budaya. Oleh karena itu, tidak heran banyak perbedaan yang justru menjadi kekayaan bangsa. Tanpa disadari banyak kebudayaan yang tidak dipahami dan dilestarikan oleh para generasi muda. Salah satu kebudayaan yang kurang dilestarikan oleh generasi mudah adalah wayang golek dari Jawa Barat sehingga perlunya diulas lebih lanjut mengenai fakta menariknya. Yuk intip ulasannya di sini!

Fakta Menarik Wayang Golek dari Jawa Barat

  1. Asal Usul Wayang Boneka

Wayang terdiri atas berbagai jenis dengan bentuk yang beragam, seperti dua dimensi atau tiga dimensi. Untuk wayang yang memiliki beberapa versi asal usul ini berbentuk tiga dimensi atau boneka dengan mengusung cerita kebudayaan India. Versi pertama menyebutkan bahwa salah satu wayang di Indonesia ini dikenal kali pertama oleh masyarakat Sunda pada tahun 1533 Masehi sesuai dengan yang tertuang dalam Prasasti Batutulis. Ceritanya seputar Ramayana dan Mahabarata.

sejarah wayang golek jawa barat

Versi lainnya menyebutkan bahwa wayang ini disebarluaskan oleh wali sanga dalam rangka untuk penyebaran agama Islam. Penyebaran Islam yang dilakukan oleh para wali ini memakai media wayang agar lebih mudah diterima oleh masyarakat. salah satu wali yang membuat pagelaran wayang sebagai media dakwah adalah Sunan Gunung Jari yang memiliki Kesultanan di Cirebon pada tahun 1584. Pada saat itu penyebaran wayang pun semakin meningkat.

Pada awalnya, pertunjukan wayang hanya dilakukan oleh para bangsawan atau priyayi untuk berbagai acara. Penyelenggaraannya juga hanya di lingkungan istana dengan dua keperluan yaitu ritual khusus atau sekadar sebagai hiburan. Akan tetapi, seiring berkembangnya waktu pertunjukan ini mengalami pembaharuan yang belum dapat diterima semua orang. Hal hal baru yang ditambahkan dalam wayang ini, seperti mengedepankan visualisasi dari tari atau juru kawih.

  1. Bentuk Wayang

Media utama yang sering kali digunakan untuk membuat wayang boneka ini adalah kayu yang ringan, lalu diukir, dicat, diberi pakaian, dan karakter sesuai dengan kebutuhan dari suatu pertunjukan. Bentuk badan dari wayang terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala termasuk leher, tangan, dan badan. Ketiganya dibuat secara terpisah, lalu disambungkan dengan media yang berbeda. Selanjutnya diberi pakaian dan hiasan yang sesuai dengan karakter dan kedudukan dalam cerita.

  1. Sumber Cerita

Pertunjukan wayang ini menjadi salah satu hiburan yang hingga saat ini masih menjadi favorit banyak orang. Beberapa acara masih menggunakan wayang, seperti khitan, perkawinan, upacara hari besar, haul, ngaruat, dan masih banyak acara lainnya. Fungsinya sebagai hiburan dan pendidikan, sehingga sumber cerita yang diambil tentu harus memiliki nilai nilai positif seperti Ramayana, Mahabarata, kibat Arjuna Sasrabahu, atau kitab lain dari kebudayaan Hindu.

Baca Juga : Selebriti Dunia yang Berpenampilan Aneh Saat di Acara Resmi

  1. Musik

Setiap pertunjukan wayang tentu harus diiringi oleh musik yang pas karena menjadi pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Fungsinya pun beragam, seperti tatalu kawin, tari, perang, dialog, membangun suasana, dan pengisi cerah antar adegan. Musik yang dipilih juga harus sesuai dengan karakter tiap wayang agar menjadi satu kesatuan yang berkesinambungan. Pegelaran wayang golek ini menggunakan karawitan Sunda dengan laras pelog ataupun salendro.

  1. Sinden atau Juru Kawih

Pertunjukan wayang tanpa sinden bagaikan sayur tanpa garam, sehingga keberadaannya sangat penting dan tidak dapat digantikan. Tugas utama yang diemban oleh pesinden melantunkan lagu agar dapat mendukung sajian dalang. Oleh karena itu, pemilihan lagu dalam setiap adegan menjadi suatu hal yang penting. Lagu yang dilantunkan harus dapat menggambarkan suasana dan kondisi yang terjadi di panggung, sehingga terjadi sinkronisasi antara dalang dengan sinden.

dalang wayang golek

Jika dalang menceritakan kisah yang sedih, pesinden dituntut menyanyikan syair lagu yang sedih. Begitu pula sebaliknya, jika dalang membawakan adegan romantis maka syair lagu yang dipilih juga harus menggambarkan sesuatu yang romantis. Bahasa yang dipakai keduanya berbeda, tetapi memiliki satu alur yang sama. Sedangkan pada saat celah antar adegan, juru kawih diberi keleluasaan untuk memilih lagu yang tidak berkaitan dengan alur cerita.

  1. Bahasa dan Sastra Pedalangan

Pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam pagelaran wayang golek ini memakai bahasa daerah, yaitu bahasa Sunda. Tidak hanya itu, yang harus diingat adalah pentingnya undak undak bahasa atau tata bahasa saat mengucapkannya. Akan tetapi, beberapa tokoh tetap memakai bahasa Indonesia karena dalang memberikan variasi pada setiap karakter wayang. Untuk prolog, biasanya dalang memakai bahasa Jawa Kuno yang dilantunkan dengan lagu tertentu.

Itulah fakta menarik mengenai wayang golek yang berasal dari Jawa Barat yang mengusung konsep cerita sangat mendidik. Terdapat berbagai nilai penting yang dapat diambil dari cerita yang disajikan, tetapi tetap menjadi hiburan yang banyak digemari hingga saat ini pun masih banyak yang menontonnya. Akan tetapi, minat generasi muda pada budaya satu ini cukup turun sehingga harus semakin ditingkatkan. Jika tidak begitu, dapat terancam punah di masa depan.